NEWSGAPI

Gerbang Informasi Masa Kini

Figur Sejarah Dalam Pandangan Seni Rupa

sketsa tokoh Sultan Babullah

Figur Sejarah dalam Pandangan Seni Rupa

Oleh : Fadriah

Media sosial kembali ramai membahas tentang wajah tokoh Sultan Babullah. Wajah yang tiba-tiba muncul dengan bentuk sketsa itu sudah dipublikasikan di media online dan ruang publik sejak dua tahun terakhir ini. Melalui beberapa tahapan syarat dan ketentuan, akhirnya secara resmi Sultan Baabullah diakui berdasarkan  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 117/TK/Tahun 2020 tertanggal 6 November 2020 di Jakarta tentang keabsahan sebagai tokoh nasional. Sekelompok masyarakat tertentu menerima keputusan ini secara lapang dada sekaligus bangga namun sebagiannya bingung, resah, bahkan bertanya-tanya atas visual sang sultan tersebut. Sebagai warga Ternate, yang masih perlu banyak belajar tentang sejarah, tentu saja saya pun mempertanyakan hal yang sama. Berdasarkan apa sketsa tersebut dibuat?

Sebelum penetapan kepres presiden tersebut di keluarkan, saya pernah diajak terlibat dalam gabungan tim perumus sebagai artistik desain sketsa sang tokoh heroik. Namun selama persiapan itu, tidak ada upaya riset atau kajian empiris yang dapat menjadi tolak ukur dari proses penciptaan karakter. Saya memilih menarik diri dan menolak melakukan kajian selanjutnya. Dari sini saya dapat berasumsi, bahwa dalam proses penciptaan (pengamatan dalam perspektif seni) apapun bidangnya harus melakukan riset dan observasi yang mendalam untuk menemukan hasil akhir yang disepakati. Selang beberapa bulan kemudian, ternyata saya pun mengalami kondisi yang sama dengan kelompok masyarakat yang kaget, bingung dan resah.

Sultan Baabullah hidup di abad 15. Menurut sumber Wikipedia bahasa Indonesia, beliau lahir pada 10 Februari 1528. Pengaruh kepempinan kolano ini sangat diperhitungkan, sebab beliau mampu membawa kesultanan Ternate menuju puncak kejayaan hingga akhir abad 16. Tak ayal kemampuan kepemimpinannya yang dapat menakluk 72 negeri sepanjang sejarah dunia. Sebagaimana sejarah-sejarah Eropa pun mengakui kepiawaian Baabullah dalam menaklukkan Portugis pada masa itu. Itulah sejarah, tetapi saya tidak sedang membahas itu (sejarah). Yang terjadi adalah di masa itu,  perkembangan dunia masih mengalami pergolakan imperium, kesultanan Ternate punya pengaruh besar oleh bangsa-bangsa Eropa.

Dibeberapa kajian yang saya lakukan, hasil dari pencarian data-data digital dari berbagai sumber, abad 15 dan 16 jelas masih belum ada perangkat perekam bayangan yang dikenal sebagai kamera. Kamera baru ditemukan pada abad 18 tepatnya 1826 oleh Joseph Nicpore Niepce (Wikipedia). Meskipun kamera sudah ditemukan, belum sepenuhnya orang-orang dapat menggunakannya dengan bebas. Pengarsipan dilakukan melalui proses manual, dan dikerjakan oleh seniman-seniman lukis yang berpengalaman sebagai pembuat arsip sketsa dan ilustrasi di media Eropa masa itu.

Ulasan ini akan saya bagikan bersama dengan sumber illustrasi hasil penemuan di salah satu media online. Banyak sekali sumber-sumber ilustrasi sejarah yang berkaitan dengan kedatangan bangsa-bangsa Eropa (Belanda, Portugis dan Spanyol) beredar bebas di Internet, termasuk gambar di bawah ini.

Sumber : https://www.lookandlearn.com/history-images/M383461/Sir-Francis-Drake-receives-the-King-of-Ternate

Perlu diketahui, gambar ini dibuat dari hasil catatan Francis Drake (1579). Diterbitkan oleh Boy’s Own Annual tahun 1909-1910. Belum jelas siapa illustratornya, tetapi nyata bahwa di tahun tersebut atau bahkan sebelumnya, Ternate telah tercatat oleh dunia bahkan dipublikasikan pada Makalah Ilustrasi di Inggris. Dibuat menggunakan teknik litografi, atau cetak manual melalui batu pada kertas. Francis Drake itu sendiri merupakan penjelajah atau kapten kapal laut dan pedagang budak yang berasal dari Inggris. Atas penjelajahannya di berbagai benua Drake pernah sampai di laut Maluku termasuk Ternate. Gambar di atas mengilustrasikan sebuah kejadian yang pernah ia alami saat perjumpaannya dengan Sultan Ternate (belum jelas siapa sultan yang ditemui Drake).

Sebelum ulasan ini berlanjut pada bahasan penting lainnya, saya ingin mengajak kita untuk memahami apa itu ilustrasi. Secara pengertian ilustrasi berasal dari bahasa latin yaitu ilustrare yang berarti menjelaskan. Artinya gambar ilustrasi adalah gambar yang berfungsi sebagai penghiasan serta membantu menjelaskan suatu teks, kalimat, naskah, pada buku, majalah, iklan, dan sejenisnya agar lebih mudah dipahami. Gambar Illustrasi juga termasuk salah satu karya seni rupa dua dimensi yang lebih mengutamakan fungsi gambar itu sendiri sebagai bahasa, untuk menerangkan atau menjelaskan suatu hal atau keadaan tertentu. Peranan seorang illustrator atau pembuat ilustrasi sama pentingnya dalam arsip atau dokumentasi, begitupun halnya penulis dan illustrator. Memiliki kedudukan yang seimbang secara nilai dan makna artistik. Jadi gambar di atas belum dapat dibenarkan secara mutlak fisik figur tertentu, seperti Francis Darke dan Sultan Baabullah.

Arsip gambar yang berhubungan dengan sejarah di abad 15-18 rata-rata melalui arsip catatan perjalanan dari sumber-sumber terkemuka. Ilustrasi sebagai pelengkap dokumentasi visual kehadirannya bersifat persuasif, sehingga tidak dapat dijadikan rujukan yang kuat seperti gambar ilustrasi berikut ini.

Pengamatan selanjutnya dapat kita liat pada gambar sketsa sosok Sultan Babullah. Tampak dua sketsa tersebut berbeda karena menggunakan teknik yang berbeda pula.

Karya ini ada di blog pribadi Muhammad Ahmadullah, seorang diplomat dari India yang berkunjung ke Ternate 2018. Dalam catatan perjalanan, ia ingin mencari dan melihat langsung bukti peninggalan sejarah Ternate dalam kekuasaan kesultanan termasuk bidang perdagangan rempah. Di dalam tulisannya yang berjudul Francis Darke (1579) and Henry Middleton (1605) Two Englishmen in Ternate (https://memorients.com/articles/francis-drake-1579-and-henry-middleton-1605-two-englishmen-in-ternate ) merepresentasikan pertemuan dua tokoh bangsawan Inggris Francis Drake dan Henry Middleton dan salah seoang sultan yang berkuasa pada masa itu. Karya ini berada di beberapa museum di Eropa namun tidak jelas siapa pembuatnya.

Menurut sumber yang saya temukan melalui penelusuran digital, sejumlah karya-karya illustrasi kebanyakan dimuat di majalah ilustrasi bernama Boy’s Own Annual. Karya-karya illustrasi diterbitkan secara kolektif atas nama Boy’s Own Annual, sehingga hak cipta para illustrator secara personal jarang diketahui. Di tahun 1500an terdapat seorang pengukir sekaligus tukang emas yang piawai dalam melukis, yaitu Theodor de Bry. Disini belum ada kejerlasan tentang seberapa pengaruhnya Theodor de Bry dengan catatan Francis Drake yang di tulis pada abad 16. Karena berdasarkan data visual di atas baru terbit di pertengahan abad 18.

Di sebelah kanan adalah hasil gambar yang dibuat pertama kali sebagai syarat administrasi tokoh Sultan Baabullah menjadi pahlawan nasional. Secara legitimasi penciptaan karya tersebut hingga saat ini tidak diketahui siapa pembuatnya. Sedangkan secara legitimasi referensial sangat ambigu. Namun secara artistik, gambar ini dibuat menggunakan teknik drawing dengan alat dan material seadanya (jika dilihat berdasarkan gambar asli). Pada gambar ini seorang pelukis dalam pembuatannya mengikuti gambar illustrasi di sebelah kanannya. Secara komposisi tidak jauh berbeda, hanya saja penempatan dasar-dasar kaidah pembuatan gambar figur dalam penempatan titik, garis, bidang, gelap terang, ruang, warna dan tekstur masih terkesan kacau. Sementara posisi leher, bahu dan jatuhnya kerah tidak berada pada posisi yang jelas. Bahkan secara visual figur tersebut kurus dari gambar paling kanan dan paling kiri.

Para tim perumus sepertinya keliru dan terlalu buru-buru memastikan bahwa pada gambar di atas adalah foto Sultan Baabullah, sementara kalau kita merujuk pada data lainnya, hal tersebut merupakan hasil illustrasi yang dibuat oleh pelukis. Ingat hasil illustrasi bukan penggambaran figur yang sebenarnya, melainkan hanya menggambarkan, menerangkan atau menjelaskan suatu hal atau keadaan tertentu yang dasari oleh catatan Francis Drake. Sehingga hal ini perlu dikaji lagi.

Pada gambar sebelah kiri, si illustrator menggunakan media yang berbeda. Dari hasil garis dan pewarnaan, peran digital mendominasi gambar tersebut. Namun di beberapa titik anatomi wajah, mulai dari alis, mata dan mulut mengalami bentuk yang berbeda dengan gambar awal. Meskipun proposional tubuh juga berbeda karena komposisi dan perspektif, maka tidak lantas dibuat seenaknya. Jadi gambar yang mana yang menjadi rujukkan? Dan apakah gambar ini semata hanya imajinatif? Sangat disayangkan, dan perlu dikaji kembali.

Perlu ada gagasan yang lebih kuat lagi dalam meriset. Hasil ini belum dapat menjadi  hasil akhir, sebab referensi gambar paling kanan adalah illustrasi yang secara kontektual masih bersifat universal (baca esensi dari illustrasi). Menurut saya, masih dapat direvisi jika harus melakukannya. Tokoh-tokoh heroik Indonesia yang kita kenal saat ini seperti Pattimura, Cut Nyak Dien, Teuku Umar dan lain sebagainya pun mengalami revisi berkali-kali sampai benar-benar jelas visualnya. Meskipun Baabullah tidak layak disejajarkan dengan tokoh-tokoh pahlawan Indonesia yang sudah lebih awal ditetapkan sebagai pahlawan nasional, namun pengaruh kepemimpinan beliau yang kuat hingga di Eropa, pengaruhnya tercatat sebagai penguasa imperium tidak boleh dibuat hanya ala kadar.

Dasar penciptaan dalam dunia seni harus merepresentasikan tiga hal umum, yaitu bentuk, fungsi dan makna dalam mengungkapkan objek tertentu. Dasar ini dapat menjadi indikator penting antara sejarah dan seni. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya di atas tentang peranan kedua profesi penulis dalam hal ini periset dan illustrator keduanya memiliki porsi yang sama secara legalitas.

Demikian ulasan ini, semoga kita senantiasa sehat dan selalu bahagia dalam menjalankan kehidupan. Saya berharap ruang diskusi masih tercipta dengan baik untuk kita semua dan tidak saling membenarkan diri masing-masing. Lebih terbuka dan rendah hati dalam mewujudkan sebuah solusi yang jujur. catatan ini tidak menggurui pada pihak manapun, tetapi semata menyumbang gagasan saja. Sultan Baabullah adalah sultan kita semua, dan kalaupun harus mengalami revisi pada gambarnya, dapat diselesaikan dengan tahapan yang lebih kredibel.  

Salam dan Terimakasih.

Tentang Penulis:

Penulis seorang seniman, kurator dan penggagas komunitas berbasis seni  pada dua lembaga seni visual, yaitu Kampong Warna dan Magazin Art Space di Ternate. Lulusan magister seni di Institut Seni Indonesia Surakarta, kini konsisten membangun seni rupa di Ternate, Maluku Utara secara swadaya .