NEWSGAPI

Gerbang Informasi Masa Kini

Intimidasi Wartawan Saat Liput di Posko Bencana, PWI Halsel Bongkar Dugaan Proyek Akal-Akalan di Balik Banjir Amasing

Persatuan Wartawan Indonesi (PWI) Halsel saat menggelar konfrensi pers di Kedai Katu, Desa Tomori

HALSEL — Insiden kekerasan terhadap sejumlah wartawan kembali mencoreng wajah demokrasi di Halmahera Selatan. Saat konferensi pers kunjungan Gubernur Maluku Utara Serly Laos dan Tenaga Ahli BNPB RI Mayjen TNI Denny Herman, Senin (30/6/2025), di posko utama bencana Halsel, para jurnalis yang hendak mewawancarai narasumber justru mendapat perlakuan kasar dari aparat.

Menurut informasi, ketika Staf Ahli Pemerintahan Halsel, Saiful Turuy, mempersilakan awak media untuk sesi wawancara, tiba-tiba seorang oknum anggota TNI mendorong para wartawan, memicu ketegangan dan perlawanan dari pihak media.

Ketua Plt Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Halsel, Nandar Djabid, mengecam keras tindakan tersebut dan menuntut Bupati Halsel, Hasan Ali Bassam Kasuba, bertanggung jawab.

“Ini bentuk intimidasi sistematis terhadap kerja-kerja jurnalistik. Ancaman serius bagi kebebasan pers dan pilar demokrasi. Kami ingatkan, sebelum gelombang perlawanan muncul, Bupati harus ambil tanggung jawab penuh,” tegas Nandar alias Ko Nan yang juga wartawan Fajar Malut, didampingi rekan-rekan pers.

Lebih jauh, Nandar menyebut bahwa insiden ini diduga kuat berkaitan dengan proyek penanganan darurat bencana berupa normalisasi sungai dan pembuatan jeti di Desa Amasing Kota Barat, Kecamatan Bacan.

Proyek yang berkontrak nomor 360/SPMK-08/BPBD/V/2025 itu disorot lantaran aliran mulut sungai diduga sengaja dipersempit untuk akses jalan alat berat proyek. Akibatnya, sungai meluap dan memicu banjir di wilayah tersebut.

“Ini bukan sekadar pelarangan wawancara. Ada upaya menutup-nutupi proyek bermasalah. Wartawan diganggu karena menyentuh hal-hal yang mulai tercium publik,” tambahnya.

Nandar menegaskan, secara kelembagaan PWI Halsel mendesak TNI dan Pemkab segera mengusut oknum pelaku serta membuka akses informasi secara transparan terkait proyek tersebut, tanpa intimidasi. “Jika pelaku intimidasi kemarin tidak diusut, solidaritas pers akan bersatu dan bergerak secara nasional,” tegasnya. (**)

Jangan Jadi Plagiator